Fenomena “Jam Koma” di Kalangan Gen Z

Fenomena “Jam Koma” di Kalangan Gen Z – “Jam koma” adalah istilah yang belakangan ini semakin populer di kalangan Gen Z. Istilah ini merujuk pada momen saat energi seseorang tiba-tiba menurun drastis pada jam-jam tertentu dalam sehari, biasanya terjadi di sore hingga malam hari. Banyak anak muda dan dewasa awal yang melaporkan mengalami kelelahan ekstrem pada jam-jam tersebut, terutama sekitar pukul 2 hingga 4 sore, atau larut malam setelah menjalani aktivitas sehari-hari. Fenomena ini menjadi topik pembicaraan hangat di media sosial, seperti TikTok dan X, di mana banyak pengguna berbagi pengalaman tentang “koma” mereka di tengah-tengah aktivitas.

Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan fenomena “jam koma” ini begitu umum di kalangan Gen Z? Mari kita bahas lebih dalam beberapa faktor yang mempengaruhi. Simak artikel Lampungnews.id berikut ini.

1. Kelelahan Mental Akibat Aktivitas Digital yang Berlebihan

Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital, secara terus-menerus terpapar pada informasi dan teknologi. Penggunaan smartphone, bekerja di depan layar komputer, hingga terus berinteraksi melalui media sosial dapat menyebabkan kelelahan mental. Dalam konteks ini, kelelahan mental bukan hanya soal fisik, tetapi juga akibat dari overload informasi yang diterima otak setiap harinya.

Overload Informasi

Gen Z menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dunia digital, baik untuk belajar, bekerja, maupun hiburan. Akibatnya, otak mereka dipaksa untuk memproses informasi tanpa henti. Kondisi ini dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan daya fokus, terutama ketika tubuh dan pikiran mulai kelelahan di tengah hari. Ini sering kali memicu fenomena “jam koma” di sore hari ketika tubuh tidak mampu lagi menangani beban informasi yang berlebihan.

2. Kebiasaan Kurang Tidur

Kurang tidur juga merupakan salah satu penyebab utama dari fenomena “jam koma.” Gen Z dikenal dengan kebiasaan begadang, baik karena tugas sekolah, pekerjaan, atau sekadar menikmati hiburan seperti menonton video atau bermain game hingga larut malam. Sayangnya, tubuh memerlukan waktu yang cukup untuk beristirahat dan pulih setelah aktivitas seharian. Ketika tidak mendapatkan tidur yang cukup, tubuh akan menuntut istirahat pada waktu-waktu tertentu, seperti di sore hari, di mana energi mulai menurun drastis.

Efek Begadang

Tidur yang tidak teratur dapat menyebabkan gangguan pada ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis yang mengatur kapan kita harus tidur dan bangun. Ketika ritme ini terganggu, tubuh akan merasa kelelahan pada jam-jam yang tidak biasa, seperti di sore hari saat “jam koma” terjadi. Hal ini juga dapat mempengaruhi produktivitas dan suasana hati secara keseluruhan.

3. Tekanan untuk Selalu Terhubung dan Produktif

Dunia digital memberikan tekanan tambahan bagi Gen Z untuk terus terhubung dan produktif. Di media sosial, ada harapan untuk selalu tampil sempurna dan mengikuti tren terbaru, baik dalam hal penampilan, prestasi, atau aktivitas sehari-hari. Tekanan sosial ini dapat menambah beban mental dan emosional, yang pada akhirnya menyebabkan burnout.

Burnout dan “Jam Koma”

Burnout adalah kondisi di mana seseorang merasa lelah secara emosional, mental, dan fisik akibat stres berkepanjangan. Ketika burnout terjadi, tubuh akan merespons dengan kelelahan ekstrem pada waktu-waktu tertentu, seperti sore hari atau larut malam. Ini adalah salah satu penyebab mengapa “jam koma” begitu umum terjadi di kalangan Gen Z, yang terus merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi sosial dan digital.

4. Pola Makan Tidak Sehat

Faktor lain yang turut berperan adalah pola makan yang tidak sehat. Gen Z cenderung mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula dan kafein, seperti kopi atau minuman energi. Pada pagi hari, konsumsi kafein dapat memberikan dorongan energi yang cepat, namun efek ini akan berkurang drastis setelah beberapa jam. Ketika efek kafein mulai hilang, tubuh akan merespons dengan kelelahan, yang sering kali terjadi pada jam-jam kritis seperti sore hari.

Efek Kafein dan Gula

Gula dan kafein memang dapat memberikan energi instan, namun ini bersifat sementara. Ketika kadar gula darah menurun atau efek kafein memudar, tubuh akan merasa kelelahan. Kondisi inilah yang sering kali menjadi pemicu dari “jam koma,” di mana tubuh tiba-tiba kehilangan energi akibat pola makan yang tidak seimbang.

Dampak Fenomena “Jam Koma” pada Gen Z

Fenomena “jam koma” tidak hanya berdampak pada produktivitas harian, tetapi juga kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan. Stres jangka panjang akibat kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan bahkan depresi. Selain itu, kebiasaan ini juga dapat mempengaruhi kualitas hidup Gen Z, yang semakin sulit untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas digital dan kesehatan pribadi.

Solusi untuk Mengatasi “Jam Koma”

Meskipun “jam koma” merupakan fenomena yang umum, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya. Beberapa solusi yang bisa diterapkan oleh Gen Z antara lain:

1. Mengatur Rutinitas Harian

Salah satu cara efektif untuk mengatasi “jam koma” adalah dengan mengatur rutinitas harian yang lebih seimbang. Penting untuk mengalokasikan waktu istirahat secara teratur di tengah aktivitas sehari-hari, baik itu bekerja maupun belajar. Dengan demikian, tubuh dapat beristirahat secara optimal dan energi tetap terjaga sepanjang hari.

2. Membatasi Konsumsi Kafein dan Gula

Konsumsi kafein dan gula yang berlebihan hanya akan memberikan efek energi sementara, yang kemudian berujung pada kelelahan. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi minuman berkafein dan menggantinya dengan makanan yang lebih sehat dan bergizi. Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein dapat membantu menjaga tingkat energi sepanjang hari.

3. Mengambil Jeda dari Aktivitas Digital

Mengambil jeda dari aktivitas digital sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Beristirahat sejenak dari layar komputer atau smartphone dapat memberikan kesempatan bagi otak untuk pulih dan mencegah kelelahan berlebihan.

4. Olahraga Teratur

Olahraga teratur juga dapat membantu meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan di siang hari. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, sehingga membantu meningkatkan fokus dan daya tahan tubuh terhadap kelelahan.

Kesimpulan

Fenomena “jam koma” di kalangan Gen Z merupakan cerminan dari tantangan gaya hidup modern yang semakin digital. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, fenomena ini dapat diatasi. Penting bagi Gen Z untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan digital dan kesehatan fisik serta mental mereka. Dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat dan bijak dalam penggunaan teknologi, fenomena “jam koma” bisa dikelola, sehingga mereka tetap produktif dan sehat di era digital yang serba cepat ini.


FAQ

1. Apa itu “jam koma”?
“Jam koma” adalah istilah yang mengacu pada penurunan energi atau kelelahan ekstrem yang terjadi pada jam-jam tertentu dalam sehari, terutama di sore hingga malam hari.

2. Mengapa Gen Z sering mengalami “jam koma”?
Beberapa penyebab utama adalah kelelahan mental akibat overload informasi, kebiasaan kurang tidur, tekanan sosial di media digital, dan pola makan yang tidak sehat.

3. Bagaimana cara mengatasi “jam koma”?
Beberapa cara untuk mengatasi “jam koma” antara lain mengatur rutinitas harian, membatasi konsumsi kafein dan gula, mengambil jeda dari aktivitas digital, dan berolahraga secara teratur.