Kisah Kuswanto: Guru yang Tolak Jabatan Kepala Sekolah – Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2023 menjadi momen tak terlupakan bagi Kuswanto, seorang guru SD Negeri Kayumpia, Sigi, Sulawesi Tengah. Dalam acara tersebut, Presiden Joko Widodo memberikan kejutan dengan menghadiahkan jabatan kepala sekolah kepada Kuswanto. Namun, siapa sangka hadiah istimewa itu ditolaknya dengan alasan yang sangat mulia. Simak artikel Lampungnews.id berikut ini.
Daftar isi
Awal Mula Mendapatkan Hadiah Jabatan Kepala Sekolah
Pada perayaan Hari Guru Nasional 2023, Kuswanto diundang untuk hadir di Jakarta. Dalam momen itu, ia naik ke panggung dan menceritakan perjuangannya sebagai Guru Penggerak di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Ia berbagi cerita bahwa menjadi Guru Penggerak di daerah terpencil memiliki tantangan yang berbeda. Salah satunya adalah sulitnya akses jaringan internet.
“Setiap saya membutuhkan jaringan, saya harus naik pohon dulu. Itulah sebabnya saya dikenal sebagai manusia pohon,” ujar Kuswanto sambil tersenyum.
Cerita Kuswanto membuat banyak orang terharu, termasuk Presiden Jokowi yang saat itu langsung menunjuknya untuk diangkat sebagai kepala sekolah. Namun, meski penuh kebanggaan, Kuswanto memutuskan untuk menolak jabatan tersebut.
Alasan Menolak Jabatan Kepala Sekolah
Setelah acara usai, pemerintah daerah setempat, termasuk Bupati Sigi, hampir memberikan posisi pengawas sekolah kepada Kuswanto. Namun, keputusan Kuswanto tetap bulat untuk menolaknya. Alasan utamanya adalah kesadaran akan beratnya tanggung jawab tersebut.
“Saya hidup ini tidak mencari jabatan. Saya ingin memberikan dedikasi kepada bangsa dan negara untuk mencerdaskan anak-anak bangsa,” ungkapnya penuh emosi.
Bagi Kuswanto, menjadi seorang guru adalah tugas mulia yang sudah cukup baginya. Ia merasa kebahagiaan sejati adalah saat melihat anak-anak di wilayah terpencil mendapatkan pendidikan yang layak.
Perjuangan di Daerah 3T
Kuswanto tidak hanya seorang guru biasa. Ia adalah sosok yang rela meninggalkan kenyamanan di daerah perkotaan untuk mengabdikan dirinya di wilayah terpencil. Dengan lokasi sekolah yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, ia harus menghadapi medan yang berat, termasuk jalanan yang menantang.
Saat pertama kali mengajar di daerah tersebut, Kuswanto dihadapkan pada fakta bahwa sebagian besar siswa kelas 5 SD belum bisa membaca. Selain itu, jarak rumah siswa ke sekolah yang jauh sering menjadi alasan mereka tidak masuk kelas. Kuswanto tidak tinggal diam. Ia mendirikan sebuah Gubug Baca di dekat pemukiman siswa agar mereka tetap bisa belajar meskipun tidak bisa datang ke sekolah.
“Gubug Baca ini menjadi solusi agar anak-anak mau belajar. Saya berharap mereka tidak putus sekolah,” katanya.
Penghargaan Anugerah Guru Hebat 2024
Dedikasi Kuswanto akhirnya membuahkan pengakuan yang luar biasa. Pada peringatan Hari Guru Nasional 2024, ia bersama seorang pensiunan guru bernama Mbah Melan menerima penghargaan Anugerah Guru Hebat dari Presiden Prabowo Subianto. Penghargaan ini diberikan atas kiprahnya yang luar biasa mendampingi anak-anak di wilayah 3T.
“Saya merasa terharu. Penghargaan ini adalah bukti bahwa apa yang saya lakukan dihargai oleh bangsa ini,” ujar Kuswanto.
Inspirasi bagi Guru Lain
Kisah Kuswanto adalah contoh nyata dari dedikasi tanpa pamrih seorang guru. Dengan segala keterbatasan di wilayah terpencil, ia terus berjuang mencerdaskan generasi muda. Keputusannya menolak jabatan kepala sekolah menunjukkan bahwa pengabdian tidak melulu tentang posisi atau jabatan, melainkan ketulusan untuk mengabdi.
Kuswanto adalah simbol dari pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Semoga kisahnya bisa menginspirasi guru-guru lain untuk terus berjuang dan berkontribusi bagi pendidikan Indonesia, khususnya di daerah terpencil. Salam hormat untuk para guru hebat seperti Kuswanto!