Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Menghambat Penerbangan

Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Menghambat Penerbangan – Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali mengalami erupsi pada Senin, 4 November 2024. Erupsi ini memaksa ribuan penduduk meninggalkan rumah mereka dan berdampak pada operasional penerbangan di wilayah sekitar. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pengungsi dan terdampak, serta penutupan beberapa bandara akibat abu vulkanik yang membahayakan penerbangan. Simak artikel Lampungnews.id berikut ini.

Jumlah Pengungsi dan Penanganan di Lapangan

Menurut data terbaru dari BPBD Flores Timur hingga Senin sore pukul 17.00 WITA, jumlah pengungsi akibat erupsi mencapai 1.403 orang. Para pengungsi ditempatkan di dua desa, yaitu Desa Bokang yang menampung 616 orang dan Desa Konga yang menampung 787 orang. Penempatan ini dilakukan untuk memastikan para pengungsi mendapatkan tempat yang aman dan akses terhadap bantuan kemanusiaan.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere, Supriyanto Ridwan, menjelaskan bahwa upaya evakuasi masih terus dilakukan. Selain itu, koordinasi antara BPBD, instansi pemerintah, dan organisasi kemanusiaan terus diupayakan untuk menjamin keselamatan warga terdampak serta mengoptimalkan distribusi bantuan. Berbagai kebutuhan mendasar seperti makanan, air bersih, serta selimut dan tenda darurat telah disediakan untuk para pengungsi.

Dampak Erupsi Terhadap Ribuan Warga

Data BPBD menunjukkan bahwa erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki berdampak pada 10.295 warga yang tersebar di 14 desa dalam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Wulanggitang, Ile Bura, dan Titehena. Di Kecamatan Wulanggitang, terdapat enam desa yang terdampak, sementara di Kecamatan Ile Bura dan Titehena masing-masing terdapat empat desa yang terdampak.

Gunung Lewotobi Laki-Laki memang dikenal sebagai gunung berapi aktif di wilayah Nusa Tenggara Timur. Letusannya sering kali disertai hujan abu yang meluas ke berbagai wilayah, termasuk desa-desa yang berada di sekitarnya. Hal ini menyebabkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari penduduk, mulai dari kegiatan ekonomi hingga pendidikan. Pemerintah daerah bersama BPBD terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu waspada dan siap melakukan evakuasi jika situasi semakin memburuk.

Dampak Terhadap Transportasi Udara

Selain berdampak pada penduduk setempat, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki juga menyebabkan gangguan serius pada transportasi udara di Pulau Flores. Empat bandara di pulau tersebut harus menutup operasionalnya karena jalur penerbangan tertutup abu vulkanik. Tiga dari empat bandara tersebut sudah ditutup sejak Senin pagi, yaitu Bandara Gewayantana di Kabupaten Flores Timur, Bandara H Hasan Aroeboesman di Kabupaten Ende, dan Bandara Soa di Kabupaten Ngada.

Sementara itu, Bandara Frans Seda di Kabupaten Sikka telah ditutup sejak satu bulan terakhir akibat abu vulkanik yang konsisten melayang di udara. Kondisi ini membuat penerbangan di wilayah Pulau Flores lumpuh total, mempengaruhi mobilitas warga, serta menghambat pengiriman logistik dan bantuan kemanusiaan ke wilayah-wilayah yang terdampak.

Pgs Legal Departement Head Legal, Compliance and Stakeholder Relation dari Bandara El Tari Kupang, I Gusti Ngurah Yudi Saputra, menyatakan bahwa setidaknya tiga pesawat yang dijadwalkan berangkat dari Bandara El Tari Kupang gagal terbang pada Senin pagi. Ketiga penerbangan yang terdampak adalah Wings Air IW 1831 menuju Bandara Hasan Aroeboesman, Wings Air IW 1931 menuju Bandara Gewayantana, dan Wings Air IW 1927 menuju Bandara Soa. Penutupan ini merupakan langkah preventif untuk menghindari risiko keselamatan penerbangan yang lebih besar akibat kondisi cuaca dan atmosfer yang dipenuhi abu vulkanik.

Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Menghambat Penerbangan

Upaya Penanggulangan dan Bantuan Kemanusiaan

Seiring dengan situasi yang semakin genting, pemerintah daerah dan pusat telah mengirimkan bantuan kemanusiaan dan logistik ke wilayah terdampak. Bantuan tersebut meliputi kebutuhan dasar, layanan kesehatan darurat, serta perlengkapan kebersihan untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang bisa muncul di lokasi pengungsian. BPBD dan instansi terkait juga memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai cara menghadapi erupsi gunung berapi, termasuk langkah-langkah evakuasi mandiri jika terjadi situasi darurat.

PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) terus melakukan pemantauan intensif terhadap aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki. Mereka mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap ancaman banjir lahar dingin yang sering kali terjadi setelah erupsi. Banjir lahar bisa membawa material vulkanik dan merusak lahan pertanian, jalan, serta fasilitas umum lainnya. Oleh karena itu, warga yang tinggal di dekat aliran sungai di sekitar gunung diminta untuk menghindari area tersebut.

Dampak Jangka Panjang dan Harapan Masyarakat

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur ini mengingatkan akan pentingnya kesiapsiagaan bencana di wilayah-wilayah rawan erupsi vulkanik di Indonesia. Flores, yang dikelilingi oleh gunung-gunung berapi aktif, merupakan salah satu daerah yang rentan mengalami letusan. Letusan gunung berapi tidak hanya berdampak pada keselamatan jiwa, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan infrastruktur dalam jangka panjang.

Masyarakat berharap agar pemerintah dapat mempercepat proses penanganan dan bantuan bagi para pengungsi serta segera membuka kembali bandara untuk memudahkan arus transportasi dan bantuan. Selain itu, warga di sekitar Gunung Lewotobi berharap adanya perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengungsian yang lebih baik sebagai langkah antisipasi terhadap bencana serupa di masa mendatang.

Kesimpulan

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 4 November 2024 merupakan salah satu bencana yang memberikan dampak besar terhadap masyarakat Flores Timur dan wilayah sekitarnya. Dengan adanya lebih dari 1.400 pengungsi dan penutupan bandara, masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam penanganan dan penyelamatan. Meski demikian, tantangan dalam pemulihan dan pencegahan bencana di masa depan tetap membutuhkan perhatian dan kerja sama dari berbagai pihak agar kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana terjaga.